Kalau kalian mau tempat mendaki yang menantang datang ke Gunung Cikuray Garut, tepatnya disekitar areal transmisi tpi,rcti,tvri,indosiar,antv, transtv, tvone,metrotv,globaltv

FILOSOFI PETRUK

11.16 |

Terkadang aku masih teringat pada masa lalu, ketika diriku adalah Bambang Penyukilan yang sakti tanpa tanding. Sebagai putra raja jin, aku pun tampan dan kaya, sebuah alasan yang di masa lalu membuatku congkak dan tinggi hati. Saat itu aku merasa bahwa akulah yang paling hebat. Hingga takdir mempertemukan aku dengan Semar. Lalu orang tua itu menasihatiku tentang hakikat kehidupan, satu nasihat yang mengubah watak dan kehidupanku. Menjadi punakawan bukan berarti aku kehilangan kesaktianku, tetapi aku tak lagi besar kepala. Aku harus lebih mengedepankan akal sehatku.

Sebagai Petruk Kantong Bolong, aku telah hidup bersama para raja sejak zaman Palasara, Rama dan bahkan Arjunasasra. Dan aku terus bersama para raja hingga masa Abiyasa, Pandu Dewanata, Abimanyu dan Parikesit. Maka kukatakan bahwa menjadi rakyat tidaklah kalah terhormat dibandingkan menjadi penguasa. Tugas rakyat adalah mengabdi, yaitu mengabdi kepada kebenaran. Pengabdian punakawan bukanlah pengabdian buta, karena pengabdian ini sesungguhnya dicurahkan kepada kehidupan dan Sang Pencipta. Aku hanya loyal kepada kebenaran, bukan pada kekuasaan. Bila penguasa mendekat pada jalan angkara murka, maka aku tak akan segan menegurnya.

Selama penguasa tidak menyeru pada kemungkaran, kita rakyat jelata wajib patuh tanpa syarat kepada pemimpin. Pantang bagi rakyat untuk melawan penguasa. Rakyat harus mengerti bahwa terkadang keputusan pemimpin tak bisa seterusnya memuaskan semua pihak. Kami, para punakawan, miris dan prihatin melihat betapa rakyat begitu mudahnya menghabiskan energi melawan pemimpin yang ia pilih sendiri. Begitu gampang rakyat mencaci pemimpinnya di mimbar-mimbar pidato dan demonstrasi, lalu sesekali saling membuka aib pemimpinnya.

Aku Petruk Kantong Bolong, mengajak kita semua untuk mencintai dan menghormati pemimpin kita dengan cara yang bermartabat. Tidaklah pantas seseorang hanya merasa dirinya lebih baik lalu menghasut orang lain untuk mencela pemimpinnya. Tidaklah patut jika hanya untuk ambisi pribadi, seseorang mengorbankan orang lain untuk melakukan makar kepada penguasa. Betapa banyak orang telah mati sia-sia, digantung penguasa, diterjang peluru dan senjata, hanya karena hasrat berebut tahta. Syukurilah derajat sebagai rakyat dengan sepenuh hati, karena kita pun belum tentu sanggup menjadi penguasa. Dan menghormati penguasa adalah amal baik bagi rakyat seperti kita.

Bila pemimpinmu melenceng dari amanah, maka ingatkanlah ia dengan cara yang santun. Bicaralah dengan penuh rasa hormat. Jangan mencela aibnya di depan orang banyak, jangan menghasut orang untuk membencinya, jangan pamer kekuatan untuk menjatuhkannya. Jangan merasa hebat lalu mendekati kekuasaan sebagai penjilat, kemudian bermuka dua, menikam dari belakang seperti tabiat pengkhianat. Betapa tercelanya orang-orang yang bertopeng agama namun menuruti syahwatnya untuk berkuasa dengan segala cara.

Aku Petruk Kantong Bolong, sugih tanpa bandha. Aku merasa kaya dan bahagia sebagai rakyat jelata. Meski aku bisa hidup mewah dengan kekayaanku, aku menanggalkan semuanya. Ketika orang lain bangga dengan kekayaan yang dipunya, aku justru merasa kaya ketika jauh dari harta. Inilah ilmu kantong bolong, semua yang di kantongku aku berikan kepada orang lain, dan aku tetap merasa kaya dengan kantong tanpa isi.

Aku Petruk Kantong Bolong, nglurug tanpa bala. Percaya diri namun tidak meremehkan orang lain. Menjadi rakyat kecil tidaklah harus rendah diri. Percayalah pada diri kita selama kita berada di jalan kebenaran. Yakini kebenaran tetapi jangan mencela kekurangan.

Aku Petruk Kantong Bolong, menang tanpa ngasorake. Menjadi terhormat tidaklah harus menjadi penguasa. Sebagai rakyat bukannya tak terhormat. Mari hormati pemimpin kita selama ia tidak membawa kita untuk mendurhakai Sang Maha Kuasa. Mari cintai negeri kita dengan menjadi rakyat yang baik, rakyat yang bersama pemimpinnya turut membangun bangsa, bukan rakyat yang selalu mencela dan membuat makar kepada pemimpin yang seharusnya kita hormati.

Aku Petruk Kantong Bolong, memberi sebuah inspirasi sederhana untuk kebaikan tanah air kita.



sugih tanpa bandha: kaya tanpa harta
nglurug tanpa bala: menyerang tanpa pasukan
menang tanpa ngasorake: memang tanpa merendahkan

Tidak ada komentar: